Keutamaan Malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan
Motivasiremaja.com - Keutamaan-keutamaan lailatul qadr, dari penjelasan Surah Al-Qadr, ada baiknya disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menurunkan Al-Qur`an pada malam Al-Qadr ini.
Kedua, Allah ‘Azza wa Jalla telah
meninggikan kedudukan lailatul qadr tersebut, bahwa malam itu senilai
dengan seribu bulan (senilai dengan 83 tahun 4 bulan).
Ketiga, turunnya para malaikat pada malam itu, sedang mailakat itu hanya turun dengan berkah dan kebaikan.
Keempat, itu adalah malam keselamatan dan kebaikan.
Kelima, penakdiran segala sesuatu, yang akan terjadi pada tahun tersebut, terjadi pada malam itu.
Keenam, Allah telah menjelaskan keutamaan lailatul qadr ini dalam sebuah surah dalam Al-Qur`an yang akan dibaca hingga hari kiamat.
Demikian beberapa keutamaan lailatul qadr yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur`an.
Adapun keutamaan lailatul qadr yang bersumber dari hadits, telah sah keterangan dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan keutamaan lailatul qadr, di antaranya adalah:
Pertama, sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ
اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنَ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ
حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian, (bulan) Ramadhan. Bulan berberkah
yang Allah wajibkan puasa terhadap kalian. Di dalamnya, pintu-pintu
surga dibuka, pintu-pintu neraka Jahîm ditutup, dan para syaithan
dibelenggu. Padanya, terdapat malam yang lebih baik daripada seribu
bulan. Barangsiapa yang kebaikan (bulan tersebut) diharamkan
terhadapnya, berarti ia telah (betul-betul) diharamkan.” [1]
Kedua, sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berdiri (untuk mengerjakan shalat pada) malam
lailatul qadr dengan keimanan dan pengharapan pahala, akan diampuni
untuknya segala dosanya yang telah berlalu.” [2]
Ketiga, Dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ, beliau berkata,
كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ،
وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Adalah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, bila sepuluh malam terakhir telah masuk, mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” [3]
Keempat, dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ, beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
“Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, suatu hal yang
beliau tidak bersungguh-sungguh (seperti itu) di luar (malam) tersebut.” [4]
Adapun dalam hal mencari lailatul qadr, telah datang sejumlah hadits dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskannya, di antaranya adalah:
Pertama, hadits Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ
الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadr pada malam ganjil di antara sepuluh malam terakhir Ramadhan.” [5]
Kedua, hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallâhu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِيْ سَابِعَةٍ
تَبْقَى ، فِيْ خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah (lailatul qadr) pada sepuluh malam terakhir Ramadhan,
pada sembilan malam tersisa, pada tujuh malam tersisa, pada lima malam
tersisa.” [6]
Ketiga, hadits Ibnu Umar radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa beliau berkata, “Seorang lelaki melihat (dalam mimpi) bahwa lailatul qadr (turun) pada malam kedua puluh tujuh. Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا
‘Saya melihat mimpi-mimpi kalian (bahwa lailatul qadr berada)
pada sepuluh malam terakhir. Carilah (malam itu) pada malam-malam ganjil
(di antara sepuluh malam) tersebut.’.”[7]
Dalam riwayat Al-Bukhary disebutkan,
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَتْ فِي الْعَشْرِ
الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا فَلْيَتَحَرَّهَا مِنَ
الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ
“Saya melihat bahwa mimpi-mimpi kalian telah bersepakat (bahwa
lailatul qadr berada) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa di antara
kalian yang ingin mencari (malam) itu, carilah di antara sepuluh malam
terakhir.”
Pada riwayat lain oleh Al-Bukhary juga dari Ibnu ‘Umar disebutkan,
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ
الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ
الأَوَاخِرِ
“Saya melihat bahwa mimpi-mimpi kalian telah bersepakat (bahwa
lailatul qadr berada) pada tujuh malam terakhir. Barangsiapa di antara
kalian yang ingin mencari (malam) itu, carilah di antara tujuh malam
terakhir.”
0 komentar:
Post a Comment