Kumpulan Artikel Inspiratif Remaja

6 Motivasi Cara Membangunkan Anak Saat Sahur

Artikel terkait : 6 Motivasi Cara Membangunkan Anak Saat Sahur

Motivasiremaja.com - Di awal Ramadhan 1435 Hijriah prilaku anak memang tergolong cukup sulit untuk dibangunkan sahur di karenakan ada beberapa faktornya,bagaimanakah motivasi untuk membangunkan anak yang sulit bangun sahur ? temukan jawabannya dibawah ini :



Orangtua shalih, selain membuat anak tahan untuk tidak berbuka di siang hari, inilah tantangan terbesar lainnya bagi orangtua saat melatih anak melaksanakan ibadah shaum di bulan Ramadhan.

Membangunkan anak lebih dini di pagi buta dari biasanya sendiri membutuhkan ikhtiar ekstra. Belum lagi, setelah bangun, belum tentu juga anak-anak ini mau bertahan membuka mata dan bergairah untuk makan. Jangankan anak, kita saja yang orang dewasa, membangkitkan selera makan jam-jam seperti ini butuh perjuangan.

Demikian pula saya dititipkan Allah dengan 4 orang anak, tetap tidak mudah untuk melaksanakan aktivitas yang satu ini untuk anak-anak. Bertahun-tahun saya terus berlatih dan mencari formula untuk membuat anak termotivasi sahur. Saya mencoba menuliskan formula tersebut di sini.



Tentu saja, saya tidak menjamin bahwa ini akan langsung ‘jitu’ jika dilaksanakan di rumah Anda. Apapun teknik pengasuhannya, dari siapapun, dibutuhkan latihan dan pembiasan terus menerus. Termasuk soal membangunkan anak sahur ini. Tetapi setidak-setidaknya kita jadi memiliki lebih banyak referensi dan bekal untuk menjadi tambahan terhadap ikhtiar yan sudah kita lakukan sebelumnya. Ayah Bunda boleh menambahkannya dengan ikhtiar yang lain.

1.Ceritakan tentang keutamaan sahur pada anak

Makan sahur memang tidak ‘senikmat’ makan pada siang hari atau malam hari. Karena itu agar anak memiliki ‘semangat’ lebih untuk makan sahur, kita bisa utarakan motivasi lain pada anak dari sekadar soal ‘enaknya menikmati’ makan.

“Tahukah kalian, makan sahur itu bukanlah makan yang biasa. Setidaknya ada 3 keutamaan makan sahur:Pertama, makan sahur adalah pembeda puasa umat Islam dengan agama lain.

Kalian tahu tidak, agama lain juga melakukan puasa?”

“Masa sih?”

“Iya, agama-agama lain memiliki aktivitas puasa seperti agama kita, tapi tentu saja memiliki perbedaan-perbedaan. Salah satunya, adalah soal sahur. Yang membedakan antara puasa agama lain dengan agama kita, orang lain tidak mengenalkan atau menganjurkan sahur. Sedangkan agama kita.
Dibawakan oleh Amru bin ‘Ash Ra, bahwa Rasulullah Saw berkata : ‘Beda antara puasa kami dengan puasa ahli kitab, ialah makan sahur’ Riwayat Muslim dan Abu Daud.

Jadi, ahli kitab (agama lain) juga berpuasa, namun mereka tidak melakukan sahur. Jadi, meski tidak diwajibkan, jika kita mau sahur sesuai dengan yang dituntukan dan membuat perbedaan ya kita makan sahur. Kalau tidak, ya tidak ada bedanya kita dengan puasanya orang lain. “
Kedua, tahukah kalian, orang yang melaksanakan sahur mendapatkan keberkahan?

Dari Abdullah bin Al-Harits dari seorang laki-laki sahabat Nabi saw, katanya: Saya pergi menenui Nabi Saw sedang bersahur, lalu sabdanya “Ia suatu keberkahan yang diberikan Allah kapada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan dia” Hadits shahih At-Tharghib wat Tarhib, hadits no. 1061

Dengan sahur kita ceritakan pada anak kita, puasa jadi lebih ringan, karena puasa sendiri bukanlah untuk menyiksa tubuh kita sendiri seperti sebagian puasa orang lain, tetapi agar kita belajar menahan diri. Dengan puasa orang Muslim dilatih untuk menahan diri dari yang halal. Tujuannya agar di hari selain puasa, Allah melatih kita lebih baik lagi, lah yang halal saja tidak boleh digunakan berlebihan, apalagi yang haram.

Makan sahur itu suatu keberkahan, karena ia mengikuti sunnah Rasulullah, tujuannya, menguatkan orang yang puasa, menambah semangat orang untuk terus berpuasa karena ringannya, dan karena ia berbeda dengan puasanya ahli kitab yang lain, maka dari itu Rasulullah Saw menamakannya Al-Ghidza’ Al-Mubarak, seperti dalam hadits Al-Ibrabadh bin Sariyah dan Abu-Darda’ Ra.:”Mari makan Ghidza ‘Al-Mubarak: yakni makan sahur” Hadits shahih At-Tharghib wat Tarhib, hadits no. 1059-1060.

Ketiga, tahukah kalian, makan sahur adalah makan yang berpahala?
Dari Abu Sa’id Al-Khudari Ra. Katanya: Rasulullah bersabda: “Makan sahur seluruhnya berkah, janganlah kalian meninggalkannya meskipun hanya minum seteguk air, karena Allah dan para Malaikat-Nya beshalawat kepada orang-orang yang bersahur” Hadits shahih Al-Jami ash-Shaghir, hadits no. 3577

Karena dianjurkan dan menjadi sunnah, maka orang yang melaksanakannya bisa mendapatkan pahala dari ketaatannya tersebut. Hendaklah pahala besar dari Allah Yang Maha Rahim itu jangan sampai tidak dimanfaatkan oleh ummat Islam. Adapun makan sahur seorang mukmin yang paling utama ialah, buah kurma” Tapi bagi yang tidak memiliki makanan sahur, dianjurkan untuk minum meskipun seteguk air. Hadits shahih At-Targhib wat Tarhib, hadits no. 1064.

2. Buat kegiatan istimewa yang menyenangkan anak setelah sahur

Ini akan menjadi penambah semangat lainnya bagi anak untuk sahur karena setelah sahur mereka memiliki kegiatan lain yang akan mereka ‘kejar’. Maka sahur akan menjadi semacam ‘tantangan’ untuk anak-anak ini.
Biasanya setelah sahur, sebelum diajak belajar yang sebenarnya: ngaji, mewarnai, bercerita, mendiskusikan pelajaran sekolah, anak-anak saya diajak untuk melakukan kegiatan ‘belajar’ lain salah satu diantara ini: bermain kembang api, berjalan keliling komplek pake scooter atau sepedanya, membuat origami, maen bola, menonton VCD kesukaan, bahkan main game di hp/laptop/tablet. Betapa tidak bergairah, lah di hari lain, kegiatan-kegiatan ini adalah kegiatan yang ‘haram’ dilakukan anak saya pada saat pagi hari.

Apakah ini berarti merusak konsistensi kita yang sudah kita bangun di hari di luar Ramadhan? Tentu saja tidak, sebab definisi konsistensi sendiri yang dimaksud salah satunya adalah keistiqomah antara aturan yang sudah kita buat dengan aplikasinya dalam keseharian.

Jadi ketaatan pada aturan sendiri yang membuat kita dianggap anak konsisten atau tidak. Aturan manusia adalah aturan yang bisa kita dirubah sesuai kebutuhan asal disepakati semua pihak. Termasuk dengan anak-anak kita. Aturan nonton TV saat hari sekolah Senin-Jum’at misalnya boleh berbeda pada saat mereka libur di Sabtu-Minggu.

Hey, ngomong-ngomong, bukankah anak-anak kita juga dituntut dengan “aturan” bangun lebih pagi saat bulan Ramadhan dibandingkan hari lainnya di luar Ramadhan? Bukankah ini berarti aturan bangun juga bisa berbeda?
Demikian juga, soal aturan lainnya: nonton, maen bola, maen sepeda, dst. Asal aturannya jelas dan disepekati kembali dengan anak, maka jika kita misalnya membuat anak boleh nonton VCD di pagi hari saat Ramadhan tapi di luar Ramadhan tidak, tidaklah dianggap kita tidak konsisten.

3.Berikan makanan atau minuman pembuka kesukaan anak

Boleh tidak langsung makan besar (nasi, roti, dll). Agar selera makan bangkit, buat mulut anak kita melakukan ‘warming up’ lebih dulu dengan makanan-makanan kesukaan mereka. Sediakan sejak dari malam dan masukkan ke dalam lemari pendingin.
Lakukan penawaran dan iming-imingi anak-anak ii sejak mereka sebelum tidur sebelumnya. “Abah Ummi punya donat lho… ini dia donatnya.. (tunjukkan warna-warni donatnya). Siapa yang mau?....”
“Mau-mau….(pasti deh pada teriak…)”
“Boleh, kita makan ini nanti saat sahur ya… “
Makanan pembuka ini adalah makanan sejenis kue atau snack yang disukai anak. Boleh diberikan asal sehat tapi tidak terlalu berlebihan porsinya. Sebab kalau berlebihan tentu saja mereka akan merasa kenyang dan akhirnya jadi tidak mau lagi menyentuh makanan utama.

Makanan pembuka ini misalnya brownies, donat, bala-bala, gehu, cireng (hadoh..), martabak, kopi radxxxx (tidak dimaksud iklan lho, sebab anak-anak saya memang suka, itu lho sejenis kopi herbal), hot lemon tea, hot chocklat, onde-onde dan “komplotan-komplotannya.”
Setelah lidah mereka terbasahi dengan kue atau minuman ini, maka seolah-olah insya Allah ‘mesin’ mereka jadi panas dan akhirnya lebih mudah untuk dimasukkan makanan utama.

Berikan makanan pembuka ini setengah dari porsi yang kita berikan untuk anak kita dan setengah lagi bisa kita berikan setelah mereka menyelesaikan makanan utama. Jika jatah onde-onde anak kita yang kita berika misalnya 2 (onde-onde yang gede-gede itu lho). Atau bisa juga jika lebih dari satu jenis, onde-onde dimakan sebelum makan sahur dan cireng dimakan setelah makan sahur.

Satu dimakan sebelum makanan utama dan satu lagi boleh dimakan setelah makanan utama. Ini juga semacam penyemangat anak agar cepat-cepat menghabiskan makanan utamanya karena telah menunggu makanan enak dia yang lainya.

Dan meski saya melatih anak-anak shaum yang sudah berusia 6 tahun lebih, dengan metode ini, lah yang balita-balita pun jadi semangat untuk meminta dibangukan sahur.

Lalu makanan utama tidak usah terlalu banyak, boleh sedikit, asal padat gizi. Makanan-makanan berserat seperti kurma, meski sedikit dapat bernilai lebih untuk asupan energi anak kelak di siang hari. Soal komposisi gizi dan jenis makanan utama untuk sahur lainnya, silahkan googling saja karena yang ini sudah banyak dibahas.

4. Buat raport sahur

Berikan tantangan reward pada anak. Jika mampu melaksanakan sahur 5 hari dapat apa, jika mampu sahur 10 hari dapat apa, jika 20 atau 30 hari dapat apa.

Tapi anak-anak yang sudah berusia 10 tahun seharusnya sudah tidak usaha lagi diberikan tantangan reward seperti ini. Sebab tujuan reward semacam ini sebenarnya adalah untuk menarik minat awal anak melakukan pembiasaan dan saat usia kira-kira 10 tahun, karena sejak usia 6 tahun lebih mereka sudah dibiasakan dengan ini, maka seharusnya mereka tanpa diberikan ini pun harus sudah bisa melaksanakan sahur tanpa banyak ini dan itu.

5. Bangunkan anak dengan bunyi-bunyian

Selain membangunkan dengan cara ‘manual’, agar suasana lebih segar (atau ribut?), bantu pikiran anak untuk ‘sadar’ dengan cara membunyikan suara-suara nyaring untuk mengiringi mereka bangun tidur. Murottal Qur’an, lagu-lagu nasyid anak, musik kesukaan mereka, suara ipini dan upin, atau video dora yang dikeraskan adalah beberapa contoh.

6. Biasakan tidur lebih sore dan bangun lebih pagi

Di luar bulan Ramadhan, sebenarnya kita bisa memulainya dengan membuat anak terbiasa tidur lebih sore dan bangun lebih pagi. Setelah beberapa dari sholat Isya atau paling telat jam 9 anak-anak bisa dibiasakan tidur dan ini pulalah kebiasaan tidur Rasulullah jika kita kaji dari berbagai litelatur.

Bertahun-tahun saya mengatami anak-anak di kampung, sebagian mereka yang dibangunkan lebih pagi oleh orangtuanya, sampai dewasa anak-anak ini kemudian menjadi lebih mudah bangun lebih pagi. Kita bisa juga membiasakannya bahkan sejak bayi! Saat sesudah adzan subuh kita bisa juga membangunkan bayi atau anak balita untuk mengajak bermain.

Alasan bahwa khawatir menganggu pertumbuhannya karena kurang tidur sebenarnya kurang beralasan, sebab, yang penting adalah durasi dan kualitas tidurnya itu sendiri. Untuk memenuhi waktu tidurnya yang cukupnya, bayi-bayi dan anak-anak kita yang batita bisa kita tidurkan lagi beberapa jam setelahnya, saat mereka terlihat ngantuk kembali atau balita kita tidurkan kembali di siang hari.

Jika sudah dibiasakan di bulan Ramadhan, maka anak-anak ini tidak akan terlalu kesulitan untuk bangun 30 menit lebih awal untuk melaksanakan sahur.
Silahkan ayah bunda boleh menambahkannya dengan cara lain untuk memperkaya upaya kita membangunkan anak sahur.

Boleh memperbanyak atau membagi kembali tulisan ini kepada siapapun dengan tetap mencantumkan sumbernya.

Artikel Motivasi Remaja Lainnya :

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 Motivasi Remaja | Design by Bamz